MKGR Sumut Pecah, Dukungan ke HYS Menguat
Dinamika MKGR Sumut jelang Musda Golkar memanas. Dukungan internal bergeser ke Hendriyanto Sitorus, sinyal pecahnya dukungan ke Ijeck kian nyata.

JAGOK.CO - MEDAN, SUMATERA UTARA – Arah politik organisasi sayap Partai Golkar kembali memanas. Kali ini, giliran Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Sumut yang menjadi sorotan tajam. Sebuah pernyataan dukungan sepihak terhadap Musa Rajekshah alias Ijeck sebagai calon Ketua DPD Partai Golkar Sumut memicu tanda tanya besar: benarkah MKGR Sumut sudah sepenuhnya satu suara?
Fakta di lapangan justru menunjukkan gejala sebaliknya. Ketidakharmonisan internal MKGR Sumut mulai terkuak. Dalam beberapa tangkapan layar komunikasi internal yang beredar luas, terungkap bahwa pernyataan dukungan terhadap Ijeck hanya disampaikan oleh Sekretaris MKGR Sumut—tanpa melibatkan unsur pimpinan secara menyeluruh. Hal ini memunculkan dugaan kuat bahwa klaim dukungan tersebut bersifat sepihak dan tidak mencerminkan sikap kolektif organisasi.
Kian menarik, muncul pula komunikasi internal yang memperlihatkan adanya upaya pendekatan dari sosok yang disebut “Om” kepada salah satu pimpinan MKGR Sumut. Dalam percakapan itu tersirat kalimat bernuansa dukungan terhadap Hendriyanto Sitorus (HYS): “beliau juga di barisan kita.” Kalimat sederhana namun sarat makna ini membuka interpretasi baru bahwa arah dukungan sebenarnya bisa saja telah berpindah haluan, perlahan namun pasti, menuju figur HYS.
Pernyataan santai dari pimpinan MKGR Sumut yang berbunyi, “Biarkan saja… berbagai opini, persepsi dan dinamika…” justru semakin menguatkan spekulasi adanya dinamika internal yang belum selesai. Publik menafsirkan pernyataan tersebut sebagai manuver tenang sambil menunggu momentum politik yang tepat. Politik diam yang penuh perhitungan.
Di tengah dinamika ini, Hendriyanto Sitorus memilih strategi diam-diam menghanyutkan. Meski tak tampil agresif di permukaan, namun gerakannya tetap terasa. Ia membangun komunikasi personal dengan tokoh-tokoh ormas pendiri Golkar, menyusun barisan secara sistematis. Perlahan, manuver politik senyap ini mulai menunjukkan hasil. Nama HYS kian kuat bergema di akar rumput.
Ditambah lagi, waktu pelaksanaan Musda yang merujuk pada Juklak DPP Partai Golkar—masih terbuka hingga Desember 2025—menjadi panggung panjang bagi konsolidasi politik. Ini bukan sprint, melainkan maraton. Dalam rentang waktu itu, dinamika internal akan semakin matang, dan peta dukungan bisa berubah drastis.
Kini, publik dan kader Golkar Sumut terus memantau arah angin politik:
Apakah MKGR Sumut benar-benar telah terbelah dalam menyikapi arah dukungan?
Apakah gestur diam dari sebagian pimpinan justru sinyal bahwa mereka berpihak ke HYS?
Dan apakah kekuatan akar rumput yang mulai beralih ke Hendriyanto akan menjadi kunci kemenangan dalam Musda nanti?
Yang pasti, suhu politik Golkar Sumut belum akan turun dalam waktu dekat. Dan dalam sunyi, strategi HYS mulai menorehkan jejak.